Peran GWL-INA dalam Mendorong Peningkatan Respon AIDS bagi GWL di Indonesia
Jaringan
gay, waria dan lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL) lain di
Indonesia (GWL-INA) adalah sebuah jaringan yang beranggotakan
organisasi-organisasi yang memiliki program penanggulangan AIDS bagi
komunitas gay, waria dan LSL lain (GWL). Jaringan GWL-INA juga memiliki
anggota perorangan yang memiliki kepedulian terhadap persoalan dan
isu-isu yang berhubungan dengan penanggulangan AIDS bagi GWL.
Jaringan
GWL-INA dideklarasikan pada tanggal 4 Februari 2007 di Surabaya pada
saat pertemuan nasional AIDS. Keinginan untuk membentuk jaringan ini
tercetus saat dilaksanakan penjajagan kebutuhan dan pemetaan kembali
organisasi-organisasi yang melaksanakan program penanggulangan AIDS bagi
GWL di tiga belas (13) propinsi di Indonesia yang dilakukan pada bulan
Oktober 2005 hingga Februari 2006. Saat itu hanya ada sembilan (9)
organisasi yang memiliki program penanggulangan AIDS bagi GWL. Tentu
saja jumlah ini masih sangat kecil dibandingkan perkiraan jumlah lelaki
yang berhubungan seks dengan lelaki lain yang pada tahun 2003
diperkirakan berjumlah 1,3 juta orang (termasuk didalamnya gay terbuka,
waria dan gay serta LSL yang tertutup).
Keprihatinan
bersama atas kondisi ini telah menghasilkan satu rekomendasi bersama
untuk membentuk jaringan nasional yang berfungsi sebagai pusat
komunikasi, koordinasi dan konsultasi antar sesama anggota jaringan dan
juga untuk berkomunikasi, berkoordinasi dan berkonsultasi dengan para
pemangku kebijakan dan organisasi mitra internasional.
Program
penangulangan AIDS bagi GWL yang tidak cukup merupakan isu utama yang
muncul pada saat penjajagan kebutuhan dan pemetaan ini. Layanan
kesehatan seksual serta layanan konseling dan testing HIV yang
bersahabat bagi komunitas gay, waria dan LSL lain juga sangat terbatas
dan hanya berada dibeberapa kota besar saja. Hal ini menimbulkan
keengganan dari komunitas untuk datang memeriksakan kesehatan seksualnya
serta untuk melakukan konseling dan testing HIV. Material komunikasi,
edukasi dan informasi yang sesuai dengan karakteristik GWL sangat
terbatas dan ketersediaan serta akses terhadap kondom serta pelicin
berbahan dasar air juga masih belum mencukupi. Padahal banyak dari
komunitas yang melakukan hubungan seks anal secara aktif. Akibatnya
komunitas GWL di Indonesia banyak yang tidak konsisten menggunakan
kondom dan pelicin berbahan dasar air saat melakukan aktifitas
seksualnya.
Kondisi
ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga diseluruh kawasa Asia
Pasifik. Investasi pada program penanggulangan AIDS bagi lelaki yang
berhubungan seks dengan lelaki lain di kawasan ini diperkirakan hanya
berada pada kisaran 3% dari total investasi yang ada. Kondisi ini
dikhawatirkan akan meningkatkan penularan HIV pada lelaki yang
berhubungan seks dengan lelaki lain. Jika tidak ada peningkatan respon
terhadap seluruh permasalah ini maka pada tahun 2020 di Asia, angka
temuan kasus HIV pada lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki lain
akan menempati peringkat pertama yaitu 50 % dari total kasus HIV.
Kondisi
di Indonesia pada tahun 2020 juga diperkirakan sama dengan kawasan
Asia. Temuan kasus HIV pada lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki
lain akan meningkat tajam pada tahun 2020, hal ini terungkap pada tabel
permodelan matematik epidemi HIV-AIDS. Kasus HIV pada LSL diperkirakan
akan mencapai 40% dari total temuan kasus pada tahun 2020.
Kondisi
ini sudah sepatutnya menjadi perhatian dari semua pihak baik itu
komunitas, anggota jaringan GWL-INA, pihak-pihak terkait, para pemangku
kebijakan dan lembaga mitra internasional. Jaringan GWL-INA akan
berusaha merespon kondisi ini dengan terus menerus melakukan koordinasi
dan konsultasi dengan pihak-pihak terkait, para pemangku kebijakan dan
lembaga mitra internasional. Dengan komunikasi yang lebih baik antar
anggota jaringan, dipastikan isu-isu yang muncul dilapangan akan dapat
segera dikomunikasikan kepada para pemangku kebijakan dan diharapkan
akan segera melakukan perubahan-perubahan yang mendasar yang dapat
berdampak positif bagi peningkatan respon penanggulangan AIDS pada GWL.
Saat
ini telah terdata lima puluh (50) organisasi yang memiliki program bagi
GWL yang tersebar di duapuluh dua (22) propinsi. Namun demikian hanya
dua puluh (20) organisasi disebelas (11) propinsi yang mendapatkan
pendanaan program. Organisasi-organisasi lain kebanyakan melaksanakan
program yang tidak berkesinambungan. Tiga organisasi memasukkan isu GWL
kedalam salah satu sub program dan yang lainnya hanya melakukan program
yang sporadis, kebanyakan hanya melaksanakan kegiatan tahunan saja
seperti peringatan hari AIDS sedunia atau malam renungan AIDS.
Jaringan
GWL-INA saat ini telah memiliki kantor sekretariat nasional yang
dikelola oleh seorang koordinator yang merupakan pelaksana harian yang
dimandatkan oleh jaringan GWL-INA. Sekretariat nasional merupakan
representasi dari jaringan GWL-INA di tingkat nasional yang berkedudukan
di Jakarta. Saat ini sekretariat nasional berfungsi juga sebagai pusat
data mengenai program yang berhubungan dengan penanggulangan AIDS bagi
GWL di Indonesia, data base organisasi yang berada di Indonesia dan
hal-hal yang terkait permasalahan HIV dan GWL. Sekretariat nasional juga
berfungsi sebagai penghubung antar anggota jaringan GWL-INA dan juga
sebagai penghubung antara jaringan dengan pemangku kebijakan dan lembaga
mitra internasional.
Sekretariat
nasional terlibat penuh dalam pertemuan-pertemuan koordinasi antara
pihak-pihak tersebut diatas, terutama dalam membahas mengenai isu-isu
yang berhubungan langsung dengan penanggulangan AIDS bagi GWL.
Sementara itu anggota jaringan juga ikut terlibat dalam memberikan
masukan-masukan terhadap kebijakan-kebijakan ditingkat nasional dengan
memberikan masukan tersebut melalui sekretariat nasional.
Jaringan
GWL-INA hingga saat ini telah berkontribusi dalam memberikan
masukan-masukan bagi strategi dan rencana aksi AIDS nasional (SRAN AIDS
2010 – 2014), dan saat ini sedang memproses penyusunan draft SRAN AIDS
bagi GWL. Diharapkan SRAN ini akan segera di finalisasi dan dapat
diterapkan segera dalam pelaksanaan respon HIV di seluruh Indonesia.
Langkah
awal menggapai cita cita bersama seperti yang tercantum dalam visi
jaringan GWL-INA yaitu mencita-citakan komunitas dan individu gay, waria
dan lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki lain lain yang mampu
melakukan pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan terhadap
infeksi menular seksual (IMS) dan HIV dan AIDS dengan pendekatan
kesehatan dan kesejahteraan seksual dan reproduksi serta hak asasi
manusia, telah dilakukan. Masih banyak pekerjaan yang harus
dilaksanakan. Kebersamaan dalam perjuangan diharapkan akan menjadi
modal utama GWL-INA dalam menggapai cita-cita ini.
No comments:
Post a Comment